Selaksa Kisah (1) – Mengenalmu

Puncak Bukit Watu Jengger 1.100mdpl, Mojokerto (November '20)

November 2020

Entah tanggal berapa, aku sudah agak lupa. Yang pasti hari itu dan beberapa hari kedepan, janjiku yang kuucap di awal-awal perkenalan denganmu akan segera tertunaikan. Janjiku saat itu sederhana, mengajakmu untuk berpetualang di alam lepas, dengan mendaki gunung. Tak perlu gunung yang menjulang hingga tiga kilometer lebih yang terlampau tinggi menggapai angkasa, bagaikan atap Pulau Jawa. Mungkin cukup gunung dengan postur ketinggian di bawahnya —jika enggan menggunakan istilah 'pendek' atau 'kecil'— saja untuk menikmati hari dan indahnya karya Sang Pencipta.

Aku ingat di suatu malam sunyi, di awal kita saling mengenal, handphone-ku berbunyi pertanda ada pesan whatsapp yang masuk. Aku memang berharap itu adalah pesan darimu. Dan aku memang dengan sengaja membuat status whatsapp tentang kegiatan-kegiatan pendakianku sebelumnya. Kulakukan dan kutujukan kepadamu. Berharap akan ada gayung bersambut darimu.

"Kok apik mas?? Aku ajaken ndaki mas," kata Ayu membalas status whatsappku.
"Ayok loh! Kapan??" jawabku singkat dan antusias.

Tentu saja aku antusias. Entah mengapa, hatiku mungkin telah tertaut kepada Ayu, meskipun aku baru saja mengenalnya. Mungkin baru sekitar satu atau dua bulan terakhir. Kalau kemudian ada yang bertanya kenapa aku bisa tertarik dan suka dengan Ayu, aku pasti tidak akan bisa menjawabnya. Sebab rasa itu hadir begitu saja, tanpa sebab, tapi diiringi limpahan konsekuensi.

Ayu adalah teman baruku, usianya terpaut cukup jauh denganku. Aku lelaki kelahiran 15 Januari 1994, sedangkan Ayu 8 Januari 2001, selisih usia kita 7 tahun jauhnya. Walaupun sesama pemilik bintang capricorn. Dia berkuliah di kampus dimana aku dulu pernah berkuliah, meskipun aku pada akhirnya  memutuskan untuk tidak melanjutkan proses study-ku disana. Aku mengenalnya pun secara tanpa sengaja, tapi dari situlah justru aku jatuh hati. Kekagumanku berubah menjadi keakraban kita, kedekatan kita berevolusi menjadi rasa. Yah, meskipun kusadari kalau itu hanya rasaku kepadamu, aku belum dan tak tau bagaimana hatimu membalasnya, bagaimana rasamu kepadaku.

Perkenalanku dengannya bermula dari kisah lamaku, yang memberiku banyak inspirasi. Meskipun aku sudah mendeklarasikan diri dengan lantang berikrar bahwa aku sudah move on dari kisahku saat itu.

Beberapa malam sebelum mengenal Ayu, aku iseng mencoba-coba memetik dan menggenjreng gitarku dan mengalunkan beberapa nada, kurangkai. Terdengar cukup enak di telingaku. Segeralah kubuat lirik dan kucoba mengemasnya, menyusunnya dalam bait-bait tersinkron menjadi sebuah lagu lalu memainkannya beberapa kali, hingga malam-malam berikutnya.

Saat aku telah merasa cukup puas dengan karyaku itu, aku merasa kurang percaya diri dengan suaraku. Pikirku waktu itu, mungkin akan lebih enak didengar kalau yang menyanyi adalah cewek. Masalahnya, aku tidak cukup mengenal cewek yang bisa dan percaya diri untuk menyanyi.

Singkat kisah, kutanyalah pada Yuliati, salah seorang temanku dan ia menyarankan untuk mengajak Ayu. Aku pernah mendengar namanya di organisasi tempatku bernaung. By the way, aku dan Yuliati punya latar belakang organisasi yang sama dan Yuliati bilang Ayu juga berasal dari organisasi itu. Aku jadi penasaran, sebab Ayu adalah anggota baru dan aku pasti tidak akan ngeh dengan anggota-anggota baru. Salah satunya karena jarak rentang usia yang cukup jauh. Hingga akhirnya Ningsih memberikan nomor whatsapp Ayu kepadaku, dan aku masih berpikir yang mana cewek bernama Ayu??

*****

"Terserah sampean mas, mari UTS ae mas, mesisan refreshing," balas Ayu.
"Ok, ndaki nandi nona enake??" tanyaku membalas pesannya.
"Manut sampean mas, pokoke ojo dhuwur-dhuwur mas," pesan Ayu.
"Ok, bulan depan yo??" balas pesanku kepada Ayu.
"Nggeh mas," katanya.

Percakapan malam itu pun masih terus berlanjut, dan aku menjanjikan Ayu untuk mengajaknya mendaki gunung. Ayu yang seorang kader kepanduan, ternyata mengaku belum pernah berpetualang mendaki gunung, padahal biasanya seorang pandu itu aktif banget dalam aktivitas-aktivitas outdoor dan adventures, bahkan juga dibekali dengan kemampuan-kemampuan survival.

Singkat kisah, kami sepakatilah kemudian tim yang akan mendaki, tentu saja bukan cuma kami berdua. Aku cukup pengecut untuk mengajak Ayu berpetualang berdua saja, selain karena kami baru saling mengenal, otakku sering blank saat berhadapan dengan orang yang membuatku jatuh hati, gugup. Bisa-bisa sepanjang perjalanan dan petualangan kami nanti cuma saling diam dan hening, jadi gak asik.

Kami memutuskan tim kami berisi 6 orang, mereka adalah aku, Ayu, Alam, Ningsih, Edi, dan Dewi, serta akan mendaki Bukit Watu Jengger di Mojokerto yang memiliki ketinggian 1.100 meter diatas permukaan laut (bahasa kerennya mdpl). Akan akan mendaki pertengahan November.

Malam itu, aku banyak tersenyum sendiri di tempatku berbaring. Lumrahnya seorang lelaki yang sedang dimabuk asmara, meskipun belum tentu apakah rasaku akan berbalas ataukah tidak. Tapi, cukup dengan saling berkabar dan berbalas pesan saja sudah membuatku gembira bukan kepalang.

*****

(to be continued...)

0 Comment